Pemerintah Perkuat Sinergi dengan Kampus Optimalkan Pemanfaatan Kecerdasan Artifisial

15 Dec 2024
9x Dilihat

Menteri Komunikasi dan Digital Meutya Hafid menegaskan arti penting sinergi antara pemerintah dan perguruan tinggi untuk membumikan pemanfaatan kecerdasan artifisial atau Artificial Intelligence (AI). 

Meutya Hafid menyatakan bahwa pendekatan bertahap akan menjadi strategi pemerintah dalam menghadapi perkembangan teknologi AI. Menurutya, masyarakat harus memahami dan merasa nyaman terlebih dahulu dengan teknologi baru sebelum sepenuhnya mengadopsi. 

“Biasanya, sesuatu untuk kemajuan perlu kita perbincangkan terlebih dahulu dengan para pihak. Setelah ada kesepahaman, barulah kita bisa mengambil manfaat sebesar-besarnya,” tandasnya dalam Diskusi Komdigi Menjangkau: Campus, We’re Coming! di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, Rabu (11/12/2024). 

Pemerintah memandang teknologi AI bukan sebagai ancaman, melainkan sebuah peluang besar sekaligus tantangan. Data menunjukkan bahwa AI akan menggantikan sekitar 85 juta pekerjaan pada 2025, tetapi di saat yang sama akan menciptakan 90 juta pekerjaan baru di bidang seperti pengembangan AI, data sains, dan kolaborasi manusia dengan AI. 

“Artinya, ada yang hilang, tetapi lebih banyak yang datang. Ini adalah peluang yang harus kita manfaatkan, terutama oleh generasi muda,” tambah Meutya.

 

Etika dan Tanggung Jawab 

Pada kesempatan tersebut, Meutya menekankan arti penting etika dan tanggung jawab dalam pengembangan AI. Oleh karena itu, Indonesia menjadi negara pertama di ASEAN yang mendorong penerapan Panduan Etika AI UNESCO. 

“Etika dan kreativitas harus berjalan seiring. Teknologi memiliki batasan, dan etika adalah pengendali utama agar manfaatnya tetap optimal,” tuturnya.

Pemerintah telah mengeluarkan panduan etika pemanfaatan AI dalam bentuk surat edaran. Mulai 2025, serial diskusi dengan para pemangku kepentingan akan digelar untuk meningkatkan regulasi agar lebih kuat dan inklusif. 

“Kami tidak akan menghambat inovasi teknologi, tetapi mendorong penggunaannya untuk berbagai sektor seperti pendidikan, kesehatan, dan transportasi,” tegas Meutya.

Menurut Menkomdigi Indonesia membutuhkan sembilan juta talenta digital hingga 2030 untuk menguasai teknologi digital, termasuk AI. 

Tantangan ini menurutnya, menjadi pekerjaan rumah besar bagi pemerintah. Namun, Meutya Hafid optimistis dapat terwujud dengan dukungan akademisi, termasuk UGM. Pada 2024, Kementerian Komdigi telah mencetak satu juta talenta digital baru dan menjangkau 5,6 juta peserta literasi digital.

Dalam acara yang sama, Wakil Menteri Komunikasi dan Digital Nezar Patria menyatakan  penguasaan teknologi memerlukan peningkatan kapasitas manusia. 

“AI hanya bisa bekerja dengan data. Tetap manusia yang mengendalikan, sehingga kemampuan Sumber Daya Manusia (SDM) menjadi kunci utama,” jelasnya seraya menambahkan bahwa perkembangan pesat AI yang kini mendekati kecerdasan artifisial umum.

 

Pusat Inovasi dan Pengembangan AI

Wakil Rektor UGM Bidang Perencanaan, Aset, dan Sistem Informasi, Arief Setiawan Budi Nugroho, menyatakan kebanggaan karena UGM menjadi tuan rumah acara ini. 

“Ini adalah kehormatan bagi UGM. Kehadiran Menteri memungkinkan kami mendengar langsung strategi pemerintah menghadapi tantangan teknologi di masa depan,” ungkapnya.

Arief menjelaskan UGM memiliki komitmen kuat untuk menjadi aktor penting dalam memanfaatkan AI bagi kepentingan bangsa. Kampus ini terus mendorong penelitian dan pengembangannya, termasuk integrasinya dalam sektor kesehatan, pendidikan dan sektor lainnya. 

Salah satu inovasi UGM misalnya pemantauan kerusakan jalan tol menggunakan AI, yang mempercepat proses tanpa mengurangi keakuratan. Selain itu, teknologi tersebut juga dimanfaatkan untuk mendeteksi penyakit seperti tumor, malaria, dan penyakit mata, yang meningkatkan akses layanan kesehatan di wilayah terpencil.

UGM juga telah membuka program magister kecerdasan buatan dengan konsentrasi “Applied AI in Business”, yang melatih mahasiswa untuk memanfaatkan AI dalam dunia bisnis. Kerja sama dengan Microsoft telah dilakukan untuk mendukung literasi digital sivitas akademika.

 

Kolaborasi untuk Masa Depan Berkelanjutan

Indonesia memiliki potensi besar dalam ekonomi digital. Kontribusi sektor ini diproyeksikan meningkat dari USD90 Miliar pada 2024 menjadi USD135 Miliar pada 2027. Data juga menunjukkan bahwa Indonesia menduduki peringkat ketiga pengguna AI terbanyak di dunia, dengan 1,4 miliar kunjungan ke platform berbasis AI. 

“Ini menunjukkan antusiasme dan potensi besar yang harus dimanfaatkan,” kata Meutya.

Namun, pemerataan infrastruktur telekomunikasi menjadi salah satu fokus pemerintah. “Masih banyak daerah yang belum terjangkau, dan ini menjadi prioritas kami agar generasi muda di pelosok juga bisa mengakses teknologi AI,” tandasnya.

Diskusi ini juga menyoroti perlunya kolaborasi lintas sektor antara pemerintah, akademisi, dan industri untuk menciptakan solusi inklusif dan berkelanjutan. 

“AI menghadirkan peluang besar, tetapi juga tanggung jawab besar. Kerja sama lintas sektor sangat penting untuk memastikan teknologi ini dimanfaatkan dengan bijak,” ujar Meutya Hafid.

Menkomdigi menutup acara dengan harapan bahwa generasi muda tidak hanya menjadi pengguna AI, tetapi juga inovator yang menciptakan solusi bermakna. 

“Momentum ini harus dimanfaatkan sebaik-baiknya. Mari bersama-sama menciptakan masa depan digital Indonesia yang inklusif dan berdaya saing global,” ungkapnya. (TR)

 

sumber: infopublik.id